Gunawank's Blog

Banyak Menolong Pasti Banyak yang Menolong

Takabbur vs Tawadhu

Posted by gunawank pada Maret 13, 2011


Takabur atau sombong adalah sikap dan sifat merasa diri lebih dari yang lain dalam segala hal: ilmu, ibadah, kekayaan, kedudukan, kecantikan dan lain-lain. Bahkan Imam al-Ghazali rahimahullah mengatakan: “Orang yang takabur adalah orang yang apabila dibantah (pendapatnya) oleh orang lain maka ia akan marah dan membencinya, sedangkan jika dia membantah pendapat orang lain akan membantahnya dengan perkataan sesuka hatinya. Suka membantah pendapat orang lain tetapi dia sendiri tidak mau dibantah orang lain”.

Oleh karena itu beliau mengatakan bahwa takabur merupakan sikap dan sifat yang sangat dicela dalam Islam serta merupakan penyakit hati dan termasuk ma’siat batin yang dicela oleh syara’.

فَادْخُلُوا أَبْوَابَ جَهَنَّمَ خَالِدِينَ فِيهَا فَلَبِئْسَ مَثْوَى الْمُتَكَبِّرِينَ

“Maka masukilah pintu-pintu neraka Jahanam, kamu kekal di dalamnya. Maka amat buruklah tempat orang-orang yang menyombongkan diri itu” (QS. An-Nahl: 29)

مَن تَعَظَّم فى نفسه واختالَ فى مَشِيَّته لَقِىَ اللهُ وهو عليه غَضْبان

Barang siapa merasa besar pada dirinya dan menyombongkan diri dalam berjalannya maka dia akan menemui Allah SWT, sedangkan Allah benci padanya” (HR. Bukhari, Ahmad dan Thabrani)

لا يدخل الجنة من كان فى قلبه مثقال حبة من خردل من كبر

“Tidak akan masuk surga seseorang yang di dalam hatinya ada sebesar biji sawi dari sifat takabur” (HR. Thabrani, Hakim, Baihaqi dan Ahmad)

Sebaliknya, Allah SWT memerintahkan kepada hamba-Nya untuk bersikap tawadhu, sikap merendahkan diri dalam setiap pergaulannya dengan sesama makhluk, terlebih dihadapan Allah SWT.

وَاخْفِضْ جَنَاحَكَ لِمَنِ اتَّبَعَكَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ

“Dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang mengikutimu, yaitu orang-orang yang beriman”. (QS. asy-Syu’ara :215)

إِنَّ اللهَ أَوْحَى إِلَيَّ: أَنْ تَوَاضَعُوْ حَتَّى لاَيَفْخَرُ أَحَدٌ عَلَى أَحَدٍ وَلاَ يَبْغِي أَحَدٌ عَلَى أَحَدٍ

Sesungguhnya  Allah telah mewahyukan kepadaku: bersifat tawadhu’lah, sehingga seseorang tidak merasa bangga terhadap orang lain dan seseorang tidak berbuat aniaya terhadap orang lain.

Takabur dan tawadhu apabila diperumpamakan seperti pohon Kelapa dan pohon Terung. Pohon Kelapa dengan batang kekar berdiri kokoh menjulang tinggi ke anggkasa. Jika buahnya dipetik dan jatuh ke tanah akan menimbulkan bunyi keras “bummm..!“. Sementara pohon Terung dengan batang yang tidak keras, pendek dan merunduk seolah merendahkan diri di hadapan pohon Kelapa yang gagah perkasa.

Tapi apa yang terjadi setelah buah kedua pohon tersebut dipetik dan di naikkan ke atas truk. Buah Kelapa di naikkan dengan cara dilempar sementara buah Terung dinaikkan dengan hati-hati dan terbungkus rapih dalam wadah serta di letakkan di atas buah Kelapa. Demikian pula kedua jenis buah tersebut memiliki nasib yang sama tatkala diturunkan dari truk. Buah Terung yang melambangkan insan yang tawadhu memperoleh perlakuan yang lebih baik dari buah Kelapa yang congkak.

Hal sama dialami kedua jenis buah tersebut ketika sampai ke tangan ibu-ibu untuk dibuat sayuran. Buah Terung dibersihkan dan diiris hati-hati dengan lembut, sementara buah Kelapa dikupas dan dicuci dengan kasar lalu diparut dan diperas.

Setelah matang maka dihidangkanlah sayur tersebut dengan nama SAYUR TERUNG bukan SAYUR KELAPA. Lagi-lagi makhluk tawadhu mendapat derajat dan nama yang baik. Tetapi jika orang yang menyantap sayur Terung tersebut kemudian sakit perut dan (maaf) mencret-mencret, maka dia akan teriak: Gara-gara pake KELAPA jadi sakit perut…!.

Wallaahu A’lam.

10 Tanggapan to “Takabbur vs Tawadhu”

  1. […] Takabbur vs Tawadhu […]

  2. salam kenal
    Boleh tukeran link ga ?

  3. Salam kenal mampir juga yach ke blog aq
    http://butikkhalisha.wordpress.com/

    • gunawank said

      Salam kenal kembali……
      maaf nich baru dijawab. Terima kasih kunjungannya, dan saya sudah kunjungan balik.

  4. […] Takabur vs Tawadlu […]

  5. […] Takabbur vs Tawadhu […]

Terima kasih, jika anda mengomentari tulisan ini .......