Penasaran membaca salah satu komentar postingan mas bro Abed Saragih (eh,….maaf salah. Maksudnya adalah…) Kang Uyayan alias Udikhangeblog tentang Piramida di Garut, aku coba nge-brows melalui Eyang Google untuk mencari tahu tentang Piramida yang diduga juga ada di Situs Gunung Padang, Cianjur.
Situs Megalitikum Gunung Padang yang terletak di Desa Karyamukti Kecamatan Campaka Kabupaten Cianjur, pertama kali tahun 1914 yang termuat dalam Rapporten van de Oudheidkundige Dienst (ROD) atau Buletin Dinas Kepurbakalaan pemerintah Hindia Belanda. Seorang sejarawan Belanda ternama yaitu N. J. Krom sempat menguraikannya tetapi belum banyak keterangan lebih lanjut mengenai informasi keberadaannya.
Situs dengan luas bangunan purbakalanya sekitar 900 m² dan areal situsnya sekitar 3 Ha adalah peninggalan megalitik terbesar di Asia Tenggara . Bangunan punden berundaknya berbahan bebatuan vulkanik alami dengan ukuran yang berbeda-beda.
Bentuknya berupa tiang-tiang dengan panjang rata-rata sekitar 1 meter dan berdiameter rata-rata 20 cm, berjenis andesit, basaltik, dan basal. Geometri ujung batu dan pahatan ribuan batu besar dibuat sedemikian rupanya teratur berbentuk pentagonal (lima sudut). Angka 5 juga seakan memberikan identitas pemujaan bilangan ‘5’ oleh masyarakat Sunda dahulu kala.
Simbol ‘5’ tersebut mirip dengan tangga nada musik Sunda pentatonis, yaitu: da mi na ti la. Oleh karena itulah, selain kompleks peribadatan purba, banyak juga menyebut Situs Gunung Padang sebagai teater musikal purba.
Kajian arkeologi, sejarah, dan geologi kemudian dilakukan Puslit Arkenas sejak 1979. Tidak ditemukannya artefak berupa manik-manik atau peralatan perunggu menyulitkan penentuan umur situs ini. Hal itu karena mayoritas artefak megalitik di Indonesia dan Asia Tenggara ditemukan pada masa kebudayaan Dongson (500 SM).
Para arkeologi sepakat bahwa Situs Gunung Padang bukan merupakan sebuah kuburan seperti dinyatakan oleh Krom (1914) tetapi merupakan sebuah tempat pemujaan masyarakat Sunda Kuna. Selain itu, situs ini juga dibangun dengan posisi memperhatikan pertimbangan geomantik dan astromantik.
Berkaitan dengan ramainya pemberitaan yang menyatakan bahwa ada Piramida di Gunung Padang mendapat perhatian para insan Geologi dan Arkeologi.
Badan Geologi Kementerian ESDM bekerjasama dengan Ikatan Ahli Geologi Indonesia Jabar Banten menggelar Geo Seminar Geologi dan Arkeologi Gunung Purba Jabar di Auditorium Badan Geologi di Bandung, Jumat (3/2/2012).
Seminar yang dihadiri oleh insan geologi dan arkeologi dari berbagai kalangan itu mengupas secara khusus atau studi kasus Gunung Padang, Gunung Sadahurip dan Gunung Lalakon yang disebut-sebut sebagai timbunan piramid.
“Silakan saja mereka yang menyatakan pendapat adanya piramid di Gunung Sadahurip dan Gunung Lalakon, kami tunggu keseriusan penelitian mereka. Namun secara keilmuan geologi dan arkeologi tidak bisa memberikan pembenaran alasan yang mereka sampaikan,” kata Peneliti Badan Arkeologi (Balar) Bandung, Luthfy Yondri dalam paparannya.
Menurut Luthfy, berdasarkan disiplin ilmu yang dimilikinya tidak menemukan adanya lintasan budaya piramid di Indonesia.
Yang ditemukan dalam beberapa situs tertua di Indonesia, seperti di Situs Gunung Padang adalah bangunan punden berundak.
“Bangunan tertua di Indonesia berbentuk punden berundak, dan beda dengan struktur piramid,” kata Luthfy. (INILAH.COM, 3/2/2012).